首页> 外文OA文献 >Non-food Risk Factors of Anemia Among Child-bearing Age Women (15-45 Years) in Indonesia (Faktor Risiko Non-makanan Terhadap Kejadian Anemia Pada Perempuan Usia Subur [15-45 Tahun] Di Indonesia)
【2h】

Non-food Risk Factors of Anemia Among Child-bearing Age Women (15-45 Years) in Indonesia (Faktor Risiko Non-makanan Terhadap Kejadian Anemia Pada Perempuan Usia Subur [15-45 Tahun] Di Indonesia)

机译:印度尼西亚育龄妇女(15-45岁)中非食物性贫血的危险因素(印度尼西亚育龄妇女(15-45岁)中非食物性贫血的危险因素)

摘要

Latar Belakang: Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang paling banyak ditemukan, baik di negara sedang berkembang maupun negara maju. Kelompok masyarakat yang rentan di antaranya ibu hamil dan perempuan usia subur (PUS). Identifikasi faktor risiko diperlukan dalam penajaman program mengatasi anemia. Tujuan: Menganalisis perbedaan karakteristik antara kelompok anemia dan non-anemia, serta faktor risiko non-pangan terhadap anemia defisiensi-besi pada kelompok PUS. Metode: Analisis data sekunder dari Survei Kesehatan Nasional (SURKESNAS) 2001. Kriteria sampel adalah PUS berusia 15-45 tahun dengan sampel darah dan diukur kadar hemoglobin (Hb). Sebanyak 4.893 sampel memenuhi syarat analisis, yang diperoleh dari 13.000 sampel. Analisis faktor risiko anemia menggunakan regresi logistik. Hasil: Rata-rata hemoglobin, indeks massa tubuh (IMT), lingkar pinggang, lingkar pinggul, dan tingkat pendidikan lebih rendah pada perempuan anemia dibandingkan dengan non-anemia defisiensi-besi (p<0,01). Indikator lain seperti umur, tinggi badan, rasio lingkar pinggang/pinggul, pendapatan, aktivitas fisik, status merokok, kebiasaan minum minuman beralkohol, dan status perkawinan tidak berbeda di antara kedua kelompok. Peubah status perkawinan, tingkat pendidikan, IMT, dan tekanan darah diastol berhubungan nyata dengan kejadian anemia defisiensi-besi (p<0,01). Analisis regresi logistik menunjukkan, kelompok PUS dengan IMT >18,5 cenderung tidak anemia (OR=0,6) dibandingkan kelompok dengan IMT <18,5 (p=0,00). Kelompok PUS dengan IMT <25,0 berpeluang untuk menjadi anemia sebesar 1,3 dibandingkan PUS >25,0 (p=0,01). Kesimpulan: Ukuran antropometri berhubungan dengan risiko terjadinya anemia defisiensi-besi. PUS dengan IMT tinggi cenderung tidak anemia defisiensi-besi. [Penel Gizi Makan 2010, 33(2): 102-109]
机译:背景:贫血是发展中国家和发达国家中最常见的公共卫生问题之一。弱势社区群体包括孕妇和育龄妇女(PUS)。加强计划以克服贫血需要识别危险因素。目的:分析贫血和非贫血组之间的特征差异,以及全民教育组中铁缺乏性贫血的非食品危险因素。方法:根据2001年美国国家卫生调查局(SURKESNAS)的二级数据分析,样本标准为15-45岁的PUS,并进行血样和血红蛋白(Hb)测定。从13,000个样品中获得的共有4,893个样品满足分析要求。使用Logistic回归分析贫血危险因素。结果:与非缺铁性贫血相比,贫血女性的平均血红蛋白,体重指数(BMI),腰围,臀围和受教育程度较低(p <0.01)。两组之间的其他指标,例如年龄,身高,腰围/臀围比,收入,身体活动,吸烟状况,饮酒习惯和婚姻状况均无差异。婚姻状况,教育水平,BMI和舒张压的变化与缺铁性贫血的发生率显着相关(p <0.01)。 Logistic回归分析显示,与BMI <18.5的组相比,BMI> 18.5的EFA组的贫血倾向较小(OR = 0.6)。 BMI <25.0的EFA组比1.3 EFA> 25.0的患贫血的可能性更高(p = 0.01)。结论:人体测量与铁缺乏性贫血的风险有关。体重指数高的全民教育较少出现铁缺乏性贫血。 [营养Penel饮食2010,33(2):102-109]

著录项

相似文献

  • 外文文献
  • 中文文献
  • 专利

客服邮箱:kefu@zhangqiaokeyan.com

京公网安备:11010802029741号 ICP备案号:京ICP备15016152号-6 六维联合信息科技 (北京) 有限公司©版权所有
  • 客服微信

  • 服务号